Minggu, 26 Februari 2017
Jenis Batu Charoite
Charoite adalah mineral silicate langka dengan komposisi kimia yang sangat kompleks, Phosphorus, Calcium, dan Sodium. Batu ini dianggap sebagai batu permata yang relatif baru, karena mulai diperkenalkan pada tingkat komersial pada tahun 1978, meskipun penemuan pertamanya terjadi sekitar tahun 1940-an. Komposisi batu Charoite hampir mendekati murni dan mengandung hanya sedikit jejak Microcline Feldspar, Aergirine, atau Tinaksite.
Batu Charoite juga bisa menunjukkan sedikit efek Chatoyancy (Mata Kucing atau Cat’s Eye), yang bila dikombinasikan dengan warnanya yang unik, kemilau atraktif, dan tembus cahaya seperti Marmer, menyebabkan banyak orang tertipu, dianggapnya Charoite adalah sintesis atau buatan lab, karena penampilannya terlihat terlalu luar biasa untuk ukuran batu alami. Sejak diperkenalkan baru-baru ini pada perdagangan permata internasional, kepopuleran Charoite terus meningkat tahun demi tahun. Sayangnya, karena keterbatasan pasokan, beberapa ahli menyatakan bahwa tambang utama di Siberia akan segera habis, seperti halnya batu permata langka lainnya seperti Tanzanite dan Ammolite.
Batu Jenis Chrome Diopside
Batu Chrome Diopside adalah varietas dari Calcium Magnesium Sillicate yang berkualitas permata yang kaya akan Chromium dengan level kejernihan transparan sampai Translucent (tembus cahaya tapi tidak transparan). Batu ini adalah salah satu varietas langka dari Diopside dan termasuk ke dalam keluarga mineral Pyroxene. Diopside terkenal karena warna hijau-hutannya yang atraktif, tapi tergantung pada jejak dan agen pewarnanya, warna batu permata Diopside bisa mencakup berbagai warna yang berbeda, seperti hitam sampai mendekati hitam, ungu-biru yang langka, dan hijau muda kekuningan sampai hijau tua. Batu Chrome Diopside telah diakui secara resmi sebagai bagian dari Diopside, dan merupakan salah satu permata terbaru yang hadir dalam perdagangan permata saat ini. Meskipun relatif baru, batu ini sangat cepat diterima dalam perdagangan permata dan menjadi salah satu batu permata hijau yang paling populer saat ini. Meskipun beredarnya keyakinan luas bahwa batu permata berwarna hijau adalah hal yang umum, batu permata hijau yang terbentuk secara alami seperti batu Chrome Diopside ini sebenarnya tergolong langka.
Dalam jangka waktu yang lama sejak penemuannya pada tahun 1988, batu Chrome Diopside hanya ditemukan pada satu lokasi saja, di Rusia, di sebelah timur Siberia. Tetapi, baru-baru ini deposit lainnya telah ditemukan di berbagai tempat lain di seluruh dunia, terutama Pakistan, yang sekarang dianggap sebagai pemasok signifikan untuk Diopside yang kaya akan Chromium. Ketika pertama kali muncul dalam perdagangan permata di Eropa, para dealer langsung mengagumi warna hijaunya yang menyala dan mulai membanding-bandingkannya dengan batu permata hijau lainnya yang lebih mahal. Kabar pun mulai cepat menyebar bahwa warna batu Chrome Diopside bisa menyaingi Tsavorite Garnet dan Chrome Tourmaline. Kemudian, tak lama setelah jatuhnya Tembok Berlin, Rusia mulai mengekspor batu Chrome Diopside dan mulai membanjiri pasar internasional secara agresif, yang dipasarkan sebagai alternatif yang terjangkau untuk Emerald (Zamrud), Demantoid Garnet, dan Tsavorite Garnet. Sampai dengan hari ini, meskipun kelangkaannya, harga batu Chrome Diopside masih tetap sangat terjangkau.
Pada batu Chrome Diopside, semakin besar ukuran batu, maka warnanya akan semakin gelap. Dalam banyak kasus, batu yang berukuran besar warnanya bisa menjadi gelap sehingga terlihat lebih mendekati hitam. Sayangnya, untuk mencapai warna yang paling diinginkan, batu ini biasanya dipotong facet dengan berat dibawah 2 karat. Setiap batu yang dipotong facet lebih dari 2 karat dengan tetap bisa mempertahankan warna hijau-menengahnya dianggap sangat langka. Kebanyakan Diopside terbentuk sangat buram tidak tembus cahaya dengan sangat sedikit atau tidak ada nilai batu permata sama sekali, tetapi pada kesempatan yang langka, beberapa batu buram atau hitam mungkin akan memiliki efek Chatoyancy (Mata Kucing) atau Asterism (Star atau Bintang) yang dianggap langka dan sangat berharga. Batu seperti ini dalam perdagangan permata dikenal dengan nama Cat’s Eye Diopside dan Star Diopside.
Batu Jenis Chrysoberyl
Batu Chrysoberyl adalah batu permata langka dan eksotis yang dtemukan pertama kali pada tahun 1789 oleh ahli geologi terkenal, Abraham Gottlob Werner. Nama “Chrysoberyl” awalnya berasal dari kata Yunani, “Chryso” dan “Beryl”, yang artinya “Emas” dan “Hijau”. Selama bertahun-tahun, Chrysoberyl sering disebut sebagai “Chrysolite”, nama yang secara historis pernah digunakan untuk mengacu pada setiap batu permata yang berwarna emas-hijau sampai hijau zaitun. Saat ini, istilah “Chrysolite” tidak lagi sering digunakan. Meskipun namanya “Chrysoberyl”, batu Chrysoberyl bukanlah Beryl, meskipun memiliki tampilan dan komposisi yang sama dengan Beryl. Batu Chrysoberyl diklasifikasikan sebagai spesies dan kelompok mineral yang independen. Beryl adalah aluminum beryllium silicate, sedangkan Chrysoberyl adalah beryllium aluminum oxide. Chrysoberyl adalah bijih kecil dari elemen Beryllium (Be) dan terbentuk pada granit.
Di dalam spesies Chrysoberyl juga ada beberapa varietas batu permata lainnya yang berbeda. Varietas yang paling umum adalah yang berbentuk transparan sampai Translucent (tembus cahaya tapi tidak transparan) yang diwarnai oleh besi, yang biasanya berwarna kekuningan sampai hijau muda. Yang seperti ini biasanya hanya diperdagangkan dengan nama “Chrysoberyl”, sedangkan varietas lain Chrysoberyl diperdagangkan dengan menggunakan nama yang lebih spesifik, seperti Cat’s Eye Chrysoberyl (Cymophane) yang memiliki efek mata kucing, dan batu Alexandrite yang langka dan memiliki efek perubahan warna (Color Change). Dalam kasus yang sangat jarang, Color Change Chrysoberyl juga bisa memiliki efek mata kucing, yang kemudian diklasifikasikan sebagai Cat’s Eye Alexandrite.
Di dalam spesies Chrysoberyl juga ada beberapa varietas batu permata lainnya yang berbeda. Varietas yang paling umum adalah yang berbentuk transparan sampai Translucent (tembus cahaya tapi tidak transparan) yang diwarnai oleh besi, yang biasanya berwarna kekuningan sampai hijau muda. Yang seperti ini biasanya hanya diperdagangkan dengan nama “Chrysoberyl”, sedangkan varietas lain Chrysoberyl diperdagangkan dengan menggunakan nama yang lebih spesifik, seperti Cat’s Eye Chrysoberyl (Cymophane) yang memiliki efek mata kucing, dan batu Alexandrite yang langka dan memiliki efek perubahan warna (Color Change). Dalam kasus yang sangat jarang, Color Change Chrysoberyl juga bisa memiliki efek mata kucing, yang kemudian diklasifikasikan sebagai Cat’s Eye Alexandrite.
Batu Jenis Black Opal
Batu Black Opal adalah salah satu dari banyak varietas Opal yang ada saat ini dan juga menjadi salah satu varietas yang paling populer. Pada tahun 2008, Australia secara resmi mengakui dan menyatakan bahwa Black Opal menjadi batu permata resmi untuk negara bagian New South Wales. Batu Opal sudah menjadi batu permata resmi yang mewakili seluruh negara bagian Australia, karena hampir semua pasokan batu Black Opal di dunia ditambang dari New South Wales dan menakjubkannya, 97% dari semua batu Opal yang ada di dunia juga bersumber dari Australia.
Batu Black Opal adalah yang varietas Opal yang sangat dihargai tinggi, terutama yang berasal dari Lightning Ridge, Australia.
Warna batu Black Opal berkisar dari abu-abu gelap sampai hitam, dan warna latar belakang gelapnya bertindak sebagai dasar untuk spektrum warna yang ditampilkan. Meskipun namanya Black atau “hitam”, pada kenyataannya, warnanya mencakup berbagai warna. Jenis yang sangat berkualitas adalah yang bisa merefleksikan spektrum penuh warna melalui kualitas permainan warnanya yang unik.
Jenis Batu Bloodstone
Batu Bloodstone adalah batu permata buram sampai tembus cahaya varietas dari Chalcedony Quartz. Lebih spesifik lagi, diklasifikasikan sebagai varietas dari Microcrystalline Quartz. Bloodstone memiliki ciri fisik berwarna hijau tua dan adanya inklusi berwarna merah seperti darah. Batu Bloodstone juga dikenal sebagai “Heliotrope” dan “Blood Jasper”. Di Indonesia, batu ini biasa disebut dengan nama Akik Darah, Batu Darah, Naga Sui atau Nogo Sui.
Orang-orang Kristen memiliki sejarah yang sangat panjang dalam penggunaan batu Bloodstone. Batu ini sebenarnya adalah salah satu dari batu permata yang paling signifikan dalam kitab suci Kristen. Bloodstone diyakini telah diciptakan oleh darah Yesus Kristus. Dikatakan, bahwa selama penyaliban, darah Yesus menetes dari luka-lukanya, menodai batu Jasper berwarna hijau yang ditempatkan di bawah kakinya. Merah darahnya menodai batu hijau selamanya, melahirkan Bloodstone yang kita kenal sekarang. Nama “Blood Jasper” berasal dari legenda Kristen, tetapi secara teknis, nama ini sebenarnya kurang tepat karena Bloodstone bukanlah jenis batu Jasper.
Bloodstone juga dikenal sebagai “Batu Martir”. Disepanjang sejarah, batu Bloodstone umumnya digunakan untuk ukiran dan patung simbol yang mewakili “Penderitaan Martir” dan “Deraan”. Ukiran Bloodstone yang paling terkenal adalah yang ada di museum Louvre di Paris, yang merupakan segel Kaisar Jerman, Rudolf II, dan merupakan “Batu Martir” atau “Martyr Stone” yang paling terkenal di dunia.
Jenis Batu Boulder Opal
Batu Boulder Opal adalah salah satu varietas Opal yang paling berharga kedua setelah Black Opal Australia. Spesimen Boulder Opal bisa menunjukkan semua warna spektral melalui permainan warnanya yang unik. Boulder Opal mungkin dianggap kurang berharga daripada Black Opal, tapi sebenarnya lebih langka. Boulder Opal hanya didapatkan sekitar 2% saja dari deposit semua Opal di Australia, sedangkan Black Opal sekitar 8%. Sisanya 90% adalah Common Opal, sering disebut sebagai “Potch” atau “White Opal”. Australia memproduksi lebih dari 95% dari seluruh pasokan dunia untuk batu permata Opal, jelas menjadikannya sebagai pemasok Opal terbesar di dunia. Boulder Opal pertama kali ditemukan di Quilpe, Australia Barat, sekitar tahun 1870. Hampir semua batu Boulder Opal yang ada saat ini adalah berasal dari Western Queensland, Australia, area yang kaya akan Opal dengan luas sekitar 200 sampai 300 kilometer persegi.
Boulder Opal ditemukan tertanam pada batu-batu besar (Boulder) Ironstone, dari situlah namanya berasal. Terbentuk sebagai batu kerikil, Opal berkembang di dalam vena, celah, dan cekungan tipis. Ketika penambang Opal mencoba untuk melepas Opal dari Ironstone, beberapa batu matriks host-nya (Ironstone) turut disertakan. Karena hal ini, batu Boulder Opal kadang-kadang disebut sebagai “Opal in Matrix”. Matrix Ironstone meningkatkan daya tahan dan warna batu, sering kali juga bisa meningkatkan efek permainan warna dan “Opalescence”, yang merupakan dua phenomenona optik yang berbeda, tapi sering keliru tafsirkan. Batu Boulder Opal mirip dengan Opal Doublet yang dilapis melalui proses treatment, tapi bukannya dilapis secara artifisial, lapisan pada batu Boulder Opal adalah kejadian alami.
Dibandingkan dengan varietas Opal lainnya, batu Boulder Opal memiliki densitas yang lebih tinggi karena matriks Ironstone-nya. Akibatnya, batu Boulder Opal berukuran lebih kecil dibandingkan dengan Common Opal pada berat yang sama. Sebagai bukti bahwa batu Boulder Opal memiliki namadan popularitas dalam perdagangan permata, batu ini adalah salah satu birthstone atau batu kelahiran resmi untuk bulan Oktober, bersanding dengan varietas Opal lainnya.
Batu Jenis Carnelian
Batu Carnelian termasuk ke dalam kelompok mineral Quartz, kelompok mineral yang paling banyak kedua di dunia. Meskipun semua batu permata Quartz memiliki komposisi kimia yang sama yaitu silikon dioksida, mereka diklasifikasikan menjadi dua cabang yang berbeda berdasarkan bentuk kristalnya: Macrocrystalline Quartz dan Cryptocrystalline Quartz, dan Carnelian masuk ke dalam Cryptocrystalline Quartz. Cryptocrystalline, juga disebut sebagai Chalcedony Quartz, juga mencakup berbagai batu permata lainnya seperti batu Agate, Onyx, dan Jasper. Carnelian diklasifikasikan berdasarkan warnanya dan didefinisikan sebagai varietas Chalcedony Quartz yang berwarna merah-oranye sampai merah kecoklatan. Warnanya berasal dari jejak besi yang terbentuk di dalam kristal Quartz tak berwarna.
Carnelian, juga disebut sebagai “Cornelian”, sering keliru dianggap sebagai “Sard”, varietas Chalcedony Quartz yang berwarna kecoklatan dan lebih gelap. Karena tidak ada perbedaan yang jelas antara Sard dan Carnelian, banyak spesimen yang diidentifikasi dengan benar sebagai keduanya. Carnelian juga merupakan salah satu dari banyak batu permata yang diklasifikasikan sebagai “Carbuncle”. Carbuncle adalah istilah yang awalnya hanya digunakan untuk merujuk pada batu Garnet yang berwarna merah, tapi saat ini, nama tersebut digunakan untuk mereferensikan setiap batu permata berwarna merah yang dipotong cabochon.
Batu Carnelian adalah salah satu batu permata tertua, dengan catatan sejarah lebih dari 4000 tahun yang lalu. Batu ini sangat berharga dan dipakai oleh banyak orang-mulia pada zaman kuno. Batu ini juga memiliki tempat yang sangat istimewa dalam agama Kristen. Menurut kitab suci Kristen, Carnelian adalah salah satu dari dua belas batu permata yang dikenakan pada dada Aaron, saudara Musa, seorang nabi dan imam besar pertama dari Israel. Carnelian juga memainkan peranan penting dalam Yunani kuno, Romawi, dan budaya Babylonia. Bahkan, batu ini populer dipakai sebagai jimat, cincin kebesaran, dan segel.
Batu Jenis Chalcedony
Batu Chalcedony adalah spesies batu permata yang termasuk ke dalam kelompok mineral Quartz. Secara teknis, Chalcedony adalah istilah Gemologi untuk semua jenis Quartz dalam bentuk Cryptocrystalline, yang bisa memiliki beragam warna, ukuran, dan pola. Namun, saat ini istilah “Chalcedony” paling sering digunakan untuk mereferensikan jenis yang lebih spesifik dari Cryptocrystalline Quartz, sering disebut sebagai “Actual Chalcedony” atau “Chalcedony yang sebenarnya”, atau “Chalcedony dalam arti sempit”. Untungnya, untuk meminimalkan kebingungan, sebagian varietas lain dari Cryptocrystalline Quartz diperdagangkan menggunakan nama dagang individu mereka sendiri, seperti Banded Agate, Carnelian, atau Jasper. Batu Chalcedony bisa dikenali melalui sifat tembus cahayanya, kesolidan warna terangnya, biasanya mulai dari kebiruan sampai putih atau abu-abu. Di Indonesia, batu ini biasa disebut dengan nama batu Akik Yaman, Spiritus, atau Lavender.
Cryptocrystalline Quartz adalah bentuk padat dari silica, yang berarti memiliki kristalisasi yang sangat halus. Bahkan, kebanyakan kristal Cryptocrystalline sangat halus sehingga partikel-partikelnya bahkan tidak bisa dilihat di bawah mikroskop. Beberapa material Cryptocrystalline mungkin di-subklasifikasikan lagi sebagai “Microcrystalline”, yang mengacu pada material Cryptocrystalline dengan kristal yang sedikit lebih besar (bisa dilihat ketika diiris tipis dan diamati di bawah mikroskop polarisasi).
Dalam beberapa waktu, Chalcedony dianggap sebagai varietas Cryptocrystalline Quartz yang berserat, tetapi kemudian diketahui bahwa itu adalah kombinasi Quartz dan mineral silikat lainnya; Moganite (Polimorph Quartz). Quartz dan Moganite memiliki komposisi kimia silikon dioksida yang sama, tetapi memiliki struktur kristal yang berbeda. Moganite adalah Monoclinic, sedangkan Quartz termasuk ke dalam sistem kristal Trigonal. Chalcedony terbentuk dengan sistem kristal Hexagonal.
Nama “Chalcedony” sebenarnya berasal dari kata latin “Chalcedonius”, yang diduga berasal dari “Chalcedon”, sebuah pelabuhan kuno di Asia Minor (Anatolia), sekarang adalah Kadikoy, Turkey. Batu Chalcedony terkenal karena kualitasnya setelah dipoles. Pada kenyataannya, setelah dipoles lama, beberapa varietas Chalcedony bisa menunjukkan cahaya yang sepertinya berasal dari dalam. Batu Chalcedony Quartz adalah tanpa diragukan lagi merupakan salah satu material yang paling penting sepanjang masa, tidak hanya untuk perhiasan, tetapi juga merupakan bahan penting untuk berbagai keperluan ilmiah dan juga industri.
Jenis Batu Apatite
Batu Apatite adalah kelompok mineral Phosphate yang meliputi Hydroxyl-Apatite, Fluor-Apatite, dan Chlor-Apatite. Apatite adalah jenis yang paling umum dari Phosphate dan merupakan sumber utama untuk Phosphorus, zat kimia penting untuk Bioenergetika dan Fotosintesis. Apatite terdiri dari Calcium Phosphate, yang merupakan bahan yang sama pembentuk gigi dan tulang.
Meskipun Apatite adalah mineral yang sangat umum, yang transparan dan berkualitas sangatlah jarang. Karena batu Apatite memiliki berbagai macam warna dan bentuk yang menarik, batu ini menjadi favorit bagi kalangan kolektor batu permata. Kolektor sering mencari warna langka seperti warna Paraiba Tourmaline yang biru-hijau atau yang hijau seperti daun bawang, yang dikenal sebagai “Asparagus Stone”. Warna ungu tua, ungu muda (Violet), dan kemerahan juga paling dicari. Ada varietas berwarna biru lainnya yang dikenal sebagai “Moroxite”, tapi batu ini biasanya telah melalui proses treatment pemanasan untuk meningkatkan warnanya.
Kata “Apatite” berasal dari bahasa Yunani yang artinya “Curang”. Nama itu diberikan kepada batu Apatite karena kemiripannya dengan beberapa batu permata mahal lainnya. Amblygonite, Andalusite, Brazilianite, Precious Beryl, Sphene, Topaz, dan Tourmaline, semuanya bisa keliru dengan Apatite.
Batu Apatite yang menunjukkan Chatoyancy (Cat’s Eye) atau efek mata kucing sangat jarang. Cat’s Eye Apatite selalu dipotong cabochon. Chatoyancy adalah fenomena optik langka yang hanya ada di beberapa jenis permata yang berbeda. Fenomena ini bisa dilihat melalui pantulan cahaya uniknya yang menyerupai celah mata kucing. Hal ini disebabkan oleh cahaya yang dipantulkan dari inklusi paralel di dalam batu permata, biasanya seperti jarum atau serat. Refleksi mata kucing yang terbaik bisa dilihat dalam cahaya langsung; ketika batu diputar, mata kucing akan muncul melintas di permukaan.
Batu Jenis Aquamarine
Batu Aquamarine (disebut juga batu Biru Laut) adalah batu permata Beryl yang berwarna biru sampai biru kehijauan. Kelompok mineral Beryl yang paling terkenal karena kaya akan kromium-nya adalah batu Zamrud (Emerald), yang merupakan salah satu dari empat batu permata yang sangat berharga, tiga lainnya adalah Berlian (Diamond), batu Merah Delima (Ruby), dan batu Safir (Sapphire). Aquamarine adalah salah satu “batu kelahiran” untuk mereka yang lahir di bulan Maret. Batu ini sangat keras dan memiliki kemilau luar biasa yang seperti kaca. Nama “Aquamarine” sendiri berasal dari bahasa Latin kuno yang berarti “Air Laut”.
Batu akik Aquamarine biru dan batu Zamrud (Emerald) tergolong masih satu keluarga, tetapi mereka sedikit berbeda. Batu permata Aquamarine dan batu Zamrud (Emerald) keduanya merupakan silikat aluminium berilium. Sementara batu Zamrud (Emerald) memiliki warna karena adanya jejak kromium (dan vanadium), sedangkan warna Aquamarine adalah karena adanya unsur besi di dalam kristal beryl yang tidak berwarna. Batu mulia Aquamarine dan batu Zamrud (Emerald) pada dasarnya memiliki berat jenis dan indeks bias yang sama, tapi Clarity atau tingkat kejelasan batu Zamrud (Emerald) cenderung kabur dan penuh dengan inklusi, sementara batu Aquamarine asli memiliki tingkat kejelasan dan transparansi yang sangat baik. Kekerasan Aquamarine sama seperti jenis-jenis Beryl lainnya berkisar antara 7,5 sampai 8 skala Mohs, sehingga cukup keras dan tahan lama. Warna biru tua adalah warna Aquamarine yang paling dicari dan sangat berharga. Morganite, Goshenite, Golden Beryl (Heliodor), Green Beryl dan Bixbite adalah varietas beryl lainnya.
Batu Jenis Aventurine
Batu Aventurine adalah varietas dari Chalcedony Quartz yang ditandai oleh karakteristiknya yang tembus cahaya dan adanya inklusi metalik yang gemerlapan. Inklusi berkilauan ini biasanya terdiri dari Muscovite Mica, yang biasanya menghasilkan warna hijau sedang sampai gelap pada Aventurine dengan kemilau berwarna hijau atau biru keperakan. Inklusi metalik membuat Aventurine Quartz menjadi batu dengan kemilau yang unik, yang dikenal sebagai Aventurescence. Selain Muscovite Mica, mungkin juga ada inklusi Hematite atau Goethite, yang juga menghasilkan permainan warna yang menarik.
Warna batu Aventurine biasanya berkisar mulai dari hijau muda sampai tua. Warna Aventurine disebabkan karena adanya jejak elemen dari Fuchsite. Fuchsite adalah varietas dari Muscovite yang kaya akan Chromium. Aventurine sering kali disertai begitu banyak Fuchsite, yang secara teknis didefinisikan sebagai batu, bukan mineral. Meskipun secara teknis demikian, Aventurine masih dianggap tergolong Quartz oleh sebagian besar orang, dan menganggap Fuchsite hanyalah inklusi yang menyertainya.
Fenomena optik (Aventurescence) yang unik dari batu Aventurine berkisar mulai dari intensitas rendah sampai yang kuat. Tingkat intensitasnya tergantung pada kepadatan dan ukuran inklusi metalik. Warna tubuh dari Aventurine juga bervariasi tergantung pada inklusinya. Bahkan, sebagian besar Aventurine memiliki banded atau pita dan berwarna cerah dan gelap yang sangat jelas. Batu Aventurine memiliki tekstur kasar, tetapi menampilkan kemilau menarik ketika dipoles dengan baik. Orang kadang bingung antara Aventurine Quartz dengan Aventurine Feldspar. Feldspar berwarna oranye sampai merah dan memiliki level transparansi yang baik yang membuatnya mudah dibedakan. Aventurine Feldspar kini lebih sering disebut sebagai “Sunstone”, menggantikan nama “Aventurine” yang merujuk terutama pada varian Quartz.
Batu Aventurine awalnya ditemukan secara tidak disengaja oleh pekerja kaca dari Venesia pada abad ke-18. Nama “Aventurine” berasal dari kata Italia “A” dan “Ventura”, yang artinya “Secara Kebetulan”. Keluarga Miotti dari Italia menciptakan kaca Italia warna-warni yang dikenal sebagai “Goldstone”, yang mirip dengan Aventurine. Goldstone tidak sengaja dibuat ketika pengisian tembaga tumpah ke setumpuk kaca selama produksi. Ini adalah kelahiran Goldstone dan Aventurine buatan. Nama Muscovite Mica juga berasal dari jenis kaca, yang dikenal sebagai “Muscovy Glass”.
Jenis Batu Azurite
Batu Azurite adalah varietas langka dari bijih tembaga yang berkualitas permata. Batu ini adalah salah satu dari dua mineral karbonat tembaga dasar (Malachite adalah yang lainnya). Batu Azurite lebih langka daripada Malachite dan dianggap lebih berharga. Azurite mendapatkan namanya dari kata Persia “Lazhward”, yang mengacu pada warna biru terangnya yang khas. Azurite adalah batu yang cukup lunak dan penggunaannya dalam perhiasan sebenarnya cukup terbatas. Bahkan, batu Azurite lebih dicari oleh kolektor permata dan mineral daripada desainer perhiasan. Batu ini paling sering diukir menjadi bentuk hias yang menarik dan jarang digunakan pada desain perhiasan pada umumnya.
Salah satu sumber utama pertama batu Azurite ditemukan di Chessy, sebuah komunitas kecil yang terletak di pinggiran timur Perancis, dekat dengan Lyon. Karena berasal dari Chessy, Azurite mendapatkan nama dagang yang berbasis lokalitas, “Chessylite”. Selain penggunaannya sebagai permata, Azurite juga merupakan permata industri, seperti halnya Garnet. Bahkan, sejak abad pertengahan, Azurite telah digunakan untuk produksi pigmen dan pewarna tekstil.
Jenis Batu Amber
Batu Amber (atau Ambar) adalah batu permata yang terbentuk melalui fosilisasi resin pohon. Resin Amber tidaklah sama dengan getah pohon biasa. Secara khusus bersumber dari pohon Pinus Succinifera. Proses fosilisasi Amber dapat ditelusuri kembali hingga ke periode Tertiary, yang berarti bahwa batu tersebut terbentuk sekitar 50 juta tahun yang lalu. Karena Amber terbentuk dari resin yang lembut dan lengket, di dalam batu ini biasanya terdapat inklusi hewan dan tumbuhan; kebanyakan nyamuk dan spesies serangga lainnya. Amber yang berkembang di lapisan batubara sering disebut sebagai “Resinite”, dan jenis yang bersumber khusus dari lapisan batubara Selandia Baru disebut sebagai “Ambrite”. Amber adalah salah satu dari beberapa jenis batu permata organik, selain Pearl (mutiara), Coral dan Ivory (gading).
Kata “Amber” berasal dari bahasa Persia Tengah “Ambar”. Pada awalnya digunakan untuk mendeskripsikan zat lilin yang mengeras yang ditemukan di dalam usus ikan Paus Sperma yang disebut “Ambergris”. Ambergris digunakan dalam produksi wewangian karena memiliki bau aromatik yang sangat menarik. Pada abad ke-14, penggunaan istilah “Amber” bergeser dari yang awalnya untuk mereferensikan “Ambergris” menjadi nama batu permata. Amber dan Ambergris sering kali membingungkan karena keduanya bisa ditemukan terdampar di pesisir pantai. Keduanya bisa dibedakan melalui kepadatannya. Ambergris memiliki kepadatan yang jauh lebih rendah dan mengapung di air tawar, sedangkan batu Amber tidak mengapung di air tawar, tapi mengapung di air asin.
Proses pembentukan batu Amber dimulai dengan transformasi resin menjadi Copal. Transformasi ini dipicu oleh suhu yang tinggi dan tekanan sedimen resin diatasnya. Paparan panas dan tekanan mengusir Terpen (salah satu dari kelompok besar hidrokarbon tak jenuh yang mudah menguap yang ditemukan dalam minyak esensial pada tanaman), yang dapat menyebabkan kerusakan dan pembusukan. Melalui waktu dan resistensi, resin akhirnya mengeras dan membatu menjadi Amber. Banyak pohon yang menghasilkan resin, tapi kebanyakan tidak akan bisa menghasilkan Amber. Resin pohon harus sangat elastis dan tahan terhadap pembusukan. Mayoritas deposit resin tidak bisa menangani kontak yang terlalu lama dengan sinar matahari, hujan, dan suhu yang ekstrim.
Jenis Batu Kecubung
Batu Kecubung (atau Kecubung Ungu) adalah nama lokal Indonesia untuk batu permata jenis Amethyst. Karena warna ungu dianggap sebagai salah satu warna kerajaan, sejarah Kecubung Ungu ini tak pernah lepas dari lambang-lambang kekuasaan. Kecubung juga menempati tempat yang tinggi di jajaran gereja Kristen dan disebut sebagai “Batu Uskup”. Nama Amethyst sendiri berasal dari kata Yunani “Amethystos” yang artinya “Tidak Mabuk”, karena sering digunakan sebagai jimat untuk melindungi diri dari keracunan. Sejak Kecubung dijadikan penangkal terhadap mabuk, banyak gelas anggur yang kemudian menggunakan ukiran batu Kecubung pada desainnya. Sampai dengan hari ini, batu Kecubung berwarna ungu adalah simbol ketenangan.
Jenis Batu Ametrine
Batu Ametrine adalah varietas dari Macrocrystalline Quartz yang memiliki zona warna. Batu ini kadang-kadang disebut sebagai Trystine dan merupakan kombinasi Bi-Color (dua warna) alami dari Amethyst (batu Kecubung Ungu) dan Citrine (batu Kecubung Kuning). Penjelasan mudahnya, Ametrine = Amethyst + Citrine. Kombinasi warna pada Ametrine dapat berkisar mulai dari ungu muda pucat sampai ungu gelap dan dari kuning pucat sampai coklat emas. Pembagian warna pada Ametrine ini terlihat sangat jelas. Warna ungu muda (violet) dan warna kuning yang ditemukan pada Ametrine adalah berasal dari jejak besi. Satu-satunya perbedaan antara Amethyst, Citrine, dan Ametrine adalah tingkat besi yang teroksidasi pada garis zona warnanya. Ketiga batu permata tersebut sama-sama mendapatkan warnanya dari besi dan sama-sama memiliki komposisi kimia silikon dioksida.
Ada sangat sedikit sekali batu permata berwarna kuning alami, seperti Diamond (Berlian), Sapphire (Safir), Tourmaline, dan Chrysoberyl. Namun, sebagian besarnya cenderung berwarna lebih kehijauan. Beryl dan Topaz diketahui juga ada yang berwarna emas. Batu Topaz yang berwarna emas dikenal sebagai “Imperial Topaz” dan Beryl yang berwarna emas dikenal sebagai “Heliodor”.
Meskipun batu Amethyst sangat berlimpah, tapi batu Citrine alami jauh langka. Dan karena batu Citrine langka, deposit batu Ametrine juga jadi sangat terbatas.
Jenis Batu Ammolite
Ammolite, sering disebut juga sebagai Ammonite, bisa dibilang sebagai salah satu batu permata yang paling langka di bumi. Ammolite termasuk ke dalam kelompok kecil batu permata organik, yang juga termasuk Amber, Coral, Jet dan Pearl (Mutiara). Ammolite terdiri dari sisa-sisa cangkang fosil Ammonita (terutama Aragonite), yang merupakan mineral yang sama yang membentuk Mutiara Nacreous. Batu Ammolite yang sangat diinginkan adalah yang memiliki permainan warna berwarna-warni seperti batu Opal, yang biasanya terjadi dalam nuansa warna hijau dan merah, tapi semua warna spektral juga memungkinkan.
Permainan warna batu Ammolite adalah hasil dari struktur mikro Aragonite yang unik, sehingga berbeda dari kebanyakan batu permata lainnya yang juga memiliki permainan warna. Biasanya, permainan warna merupakan hasil dari penyerapan cahaya, tetapi warna pada Ammolite adalah hasil dari gangguan pantulan cahaya pada struktur organik Aragonite.
Pada tahun 1981, pertambangan Ammolite meningkat hingga ke tingkat komersial dan selama itu, World Jewellery Confederation (CIBJO) atau Konfederasi Perhiasan Dunia menyatakan bahwa batu Ammolite adalah termasuk ke dalam golongan batu permata berwarna. Pada tahun 2004, Alberta, Canada menyatakan Ammolite sebagai batu permata provinsinya dan pada tahun 2007, City of Lethbridge juga menyatakan Ammolite menjadi batu permata resminya.
Ammolite juga dikenal sebagai “Aapoak”, yang berasal dari bahasa Kainah India, yang berarti “kecil, batu merangkak”. Nama dagang lainnya antara lain: Gem-Ammonite, Korite, dan Calcentine. Istilah “Ammonite” pada awalnya digunakan untuk menggambarkan bentuk spiral kerang fosil, yang mirip bentuk tanduk domba jantan.
Batu Ammolite sering memiliki permukaan bersisik atau seperti “kulit naga”. Hal ini adalah normal, tetapi skala yang berlebihan akan mengurangi nilai Ammolite itu sendiri. Hampir semua Ammolite dirakit melalui pelapisan atau “Layering”. Layering adalah hal yang umum dalam perdagangan permata dan paling sering terlihat pada batu Opal dalam bentuk Doublet atau Triplet. Treatment Layering akan meningkatkan daya tahannya dan dalam kebanyakan kasus, juga bisa meningkatkan warnanya. Banyak juga yang distabilkan menggunakan peresapan polimer, epoxy, atau resin. Tanpa treatment atau peningkatan ini, Ammolite terlalu rapuh untuk digunakan dalam perhiasan. Kepingan Ammolite yang alami juga masih bisa dijumpai, tetapi hampir semuanya mennyertakan beberapa batu matriks. Ammolite yang berkualitas tinggi adalah yang tidak terlihat matriks-nya.
Jenis Batu Alexandrite
Batu Alexandrite adalah salah satu batu permata berwarna yang paling langka saat ini. Lebih spesifik lagi, Alexandrite adalah batu permata yang memiliki efek perubahan warna (Color-Change) yang sangat langka dari varietas Chrysoberyl. Meskipun namanya Chrysoberyl, yang merupakan aluminat dari berilium, tidak benar-benar termasuk dalam kelompok mineral Beryl, melainkan diklasifikasikan sebagai kelompok mineral sendiri.
Sejarah batu akik Alexandrite cukup kontroversial, berawal dari zaman Kekaisaran Rusia. Batu itu dikatakan dinamai oleh Tsar Rusia, Alexander II (1818 – 1881), namun ditemukan oleh seorang mineralist asal Finlandia, Nils Gustaf Nordenskiöld (1792-1866). Ketika Nordenskiöld pertama kali menemukan batu mulia Alexandrite pada tahun 1834, pada awalnya dianggap sebagai batu Zamrud (Emerald) karena ditemukan di tambang batu Zamrud yang terletak di wilayah Ural Rusia, dekat Sungai Tokovaya. Spesimen ini kemudian diidentifikasi sebagai chromium bearing, varietas yang memiliki efek perubahan warna (Color-Change) dari Chrysoberyl. Legenda kemudian mengatakan bahwa batu permata itu ditemukan pada hari ulang Tsar dan diberi nama Alexandrite untuk menghormatinya, meskipun sifat faktual ini masih diperdebatkan. Padahal Nils Gustaf Nordenskiöld sebenarnya ingin menamai batu tersebut dengan nama “Diaphanite”.
Fenomena perubahan warna yang terlihat pada batu Alexandrite asli disebut sebagai “Alexandrite Effect”. Perubahan warnanya bisa diamati pada kondisi pencahayaan tertentu, biasanya pada siang hari dan dibawah lampu pijar. Alexandrite juga menunjukkan fenomena Pleochroism yang sangat kuat, yaitu bisa menampilkan warna hijau Zamrud, merah, oranye dan warna kuning tergantung pada sudut pengamatan. Sifat Pleochroism dari Alexandrite benar-benar independen, berbeda dari kemampuan berubah warnanya yang unik. Biasanya, Alexandrite menunjukkan warna hijau Zamrud di siang hari, dan warna merah raspberry di bawah lampu pijar. Alexandrite juga bisa memiliki warna kekuningan dan merah muda, dan spesimen yang sangat langka bisa menunjukkan Chatoyancy (efek mata kucing) ketika dipotong model cabochon. “Alexandrite Effect” adalah hasil dari penyerapan yang kuat terhadap cahaya di bagian kuning dan biru dari spektrum warna.
Batu Jenis Almandine Garnet
Almandine Garnet, kadang-kadang juga disebut sebagai Almandite Garnet, termasuk ke dalam kelompok mineral Garnet yang sangat besar dan populer. Almandine adalah jenis yang paling umum dari semua varietas Garnet. Meskipun ada sangat banyak deposit batu Almandine Garnet di seluruh dunia, hanya sebagian kecil saja yang memiliki kualitas permata. Kebanyakan batu Almandine Garnet yang ditambang adalah buram tidak tembus cahaya dan kasar, sehingga hanya digunakan untuk keperluan industri, seperti digunakan untuk sandblasting.
Kata “Garnet” berasal dari bahasa Latin “Granatus”, yang artinya “Biji-Bijian”, karena banyak deposit Garnet yang hanya berupa butiran kecil kristal merah di batuan induk mereka. Nama “Almandine” berasal dari nama “Alabandicus” yang merupakan nama dari batu yang ditemukan di kota kecil di Alabanda, terletak di Caria, provinsi terkecil kedua di Asia Minor (Anatolia). Almandine terbentuk dalam berbagai warna merah mulai dari yang tua, kecoklatan sampai merah keunguan dan merupakan pilihan permata yang sangat populer untuk perhiasan karena kekerasannya yang mencapai 7,5 skala Mohs dan kecemerlangan yang dihasilkan dari indeks biasnya yang tinggi. Almandine Garnet sering dipotong model cabochon dengan bentuk cembung, dan spesimen ini kadang-kadang disebut sebagai Carbuncle. Carbuncle adalah istilah lama yang digunakan untuk menggambarkan setiap jenis batu permata merah yang dipotong cabochon. Batu permata merah berbentuk cabochon secara historis telah digunakan sebagai permata persahabatan. Garnet juga merupakan Birthstone atau batu kelahiran untuk bulan Januari.
Batu Amazonite
Amazonite juga dikenal sebagai “Amazon Stone” atau batu Amazon. Batu ini adalah varietas dari Microcline hijau, yang termasuk ke dalam kelompok mineral Feldspar. Feldspar adalah mineral yang paling umum di dunia diikuti oleh Quartz (Kuarsa). Meskipun jumlah Feldspar sangat berimpah, hanya ada beberapa jenis Feldspar yang dianggap berkualitas permata. Kata “Feldspar” berasal dari bahasa Jerman, “Feld” dan “Spath”, yang diterjemahkan secara bebas sebagai “Batu yang Mengandung Bijih”.
Nama “Amazonite” berasal dari nama sungai Amazon di Amerika Selatan, yang mengalir melalui Brazil. Telah dipercayai bahwa batu Amazonite telah ditemukan sejak lama, tetapi ahli mineral mengklaim bahwa tidak ada deposit Feldspar hijau di Amazon Brazil. Akibatnya, batu-batu tersebut kemudian diasumsikan sebagai Giok Nephrite, bukannya Amazonite. Amazonite dan Feldspar hijau lainnya secara alami terjadi di daerah lain di Brazil, tidak hanya di sungai Amazon.
Batu Amazonite adalah Feldspar berwarna hijau muda sampai hijau muda kebiruan. Warna lembut dan menarik Amazonite ini mirip dengan batu Giok Nephrite dan Jadeite. Batu ini kadang-kadang keliru disebut sebagai “Colorado Jade” atau “Pikes Peak Jade” karena kemiripannya. Penampilan Amazonite sangat khas seperti grid, berbintik-bintik, berpola hijau dan putih. Amazonite juga memiliki kemilau yang sangat samar yang menambah keunikannya.
Nama “Amazonite” berasal dari nama sungai Amazon di Amerika Selatan, yang mengalir melalui Brazil. Telah dipercayai bahwa batu Amazonite telah ditemukan sejak lama, tetapi ahli mineral mengklaim bahwa tidak ada deposit Feldspar hijau di Amazon Brazil. Akibatnya, batu-batu tersebut kemudian diasumsikan sebagai Giok Nephrite, bukannya Amazonite. Amazonite dan Feldspar hijau lainnya secara alami terjadi di daerah lain di Brazil, tidak hanya di sungai Amazon.
Batu Amazonite adalah Feldspar berwarna hijau muda sampai hijau muda kebiruan. Warna lembut dan menarik Amazonite ini mirip dengan batu Giok Nephrite dan Jadeite. Batu ini kadang-kadang keliru disebut sebagai “Colorado Jade” atau “Pikes Peak Jade” karena kemiripannya. Penampilan Amazonite sangat khas seperti grid, berbintik-bintik, berpola hijau dan putih. Amazonite juga memiliki kemilau yang sangat samar yang menambah keunikannya.
Jenis Batu Agate
Batu Agate pertama kali ditemukan sekitar abad ke-3 atau 4 sebelum Masehi oleh Theophrastus, seorang filsuf Yunani yang memberi nama batu dengan nama sungai di mana ia menemukannya, “Achates” (Yunani: Aχάτης). Sungai Achates terletak di Sicily, Italy, namun nama sungai tersebut telah diubah dan sekarang dikenal sebagai Sungai Dirillo.
Batu akik Agate biasanya ditemukan bersama dengan jenis batuan lainnya, tetapi lebih diklasifikasikan sebagai batuan vulkanik. Batu Agate sering terbentuk di dalam kantong beku (yang telah dipadatkan oleh lava atau magma), sedimen dan batuan metamorf seperti Granite, Melaphyre dan Porphyry. Deposit silikon dioksida biasanya berbentuk oval atau bola kecil dan ketika deposit terus berproses selama periode waktu yang panjang, band atau pita paralel mulai terbentuk. Spesimen “Banded” disebut sebagai Agate, sementara spesies lainnya diklasifikasikan sebagai Chalcedony, Carnelian, batu akik Moss Agate atau nama dagang tertentu lainnya.
Batu mulia Agate termasuk ke dalam golongan mineral Quartz (silikon dioksida). Quartz atau batu Kuarsa adalah mineral kedua yang terbanyak ditemukan di kerak benua, setelah mineral dari kelompok Feldspar. Quartz dibedakan dan dipisahkan menjadi dua cabang utama, yaitu: Macrocrystalline Quartz dan Cryptocrystalline Quartz.
Langganan:
Postingan (Atom)